Tag Archives: teori belajar

Education for All: UN, US, and Indonesia

Everybody, with or without disabilities, has a right in getting education. Education is a fundamental human right and essential for the exercise of all other human rights (UNESCO, 2007). The Article 31 of The 1945 Constitution (UUD 1945) notes that education is the right of every citizen.  However, many schools do not give opportunities for people with disabilities to learn in the school because of problems, such as the problem in delivering message. Inclusive school and university is an alternative way to overcome this problem.

United Nations (UN), as intergovernmental organization, supports the program in equal education for people with disabilities. Through United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), UN supports various international Human Rights Treaties and Conventions that uphold the right to education of all persons including article 24 of the UN Convention on the rights of persons with disabilities (UNESCO, 2006). UNESCO promotes policies, practices, and programs to ensure equal education opportunities. Not only making them, but it also offers many books to support the program, such as changing teaching practices, overcoming exclusion through inclusive approaches in education, open file on inclusive education, and others. They are free downloaded books. They help schools and teachers having students with disabilities. In 2008, UN held the 48th Session of International Conference on Education (ICE), Inclusive Education: The Way of The Future. It focused on the education for all students and paying special attention to the inclusive education of students with disabilities (UNESCO, 2008). In short, as a highest organization, UN provides and develops many programs in education, including equal education for people with disabilities.

The United States (US), as a part of UN, participates in developing inclusive school which provides the curriculum and programs. The interesting program developing education for people with disabilities is Inclusive Schools Week. Inclusive Schools Week is an annual event sponsored by the Inclusive Schools Network (ISN) and Stetson & Associates, Inc., which is held each year during the first week in December (inclusiveschools.org). The week celebrates the progress that school made in providing quality education for the students, including student with disabilities. It also accommodates a discussion in order to ensure the schools continue to improve the quality of education. In that week, there are many interesting activities, both for faculty and students. Briefly, US contribute in developing inclusive schools.

Indonesia has a great homework in providing inclusive schools. Nonetheless, this country is trying to take an important role in developing inclusive schools and universities. It happens in many cities, including Yogyakarta. In this city, there are many inclusive schools and university, such as MAN Maguwoharjo, SMA Muhammadiyah 4, SMAN 1 Sewon, and UIN Sunan Kalijaga. In those, students with disabilities learn together with students without disabilities. UIN Sunan Kalijaga provides Pusat Layanan Difabel (The Service Center for People with Disabilities) which helps them in learning and improving their skill, such as Braille book, learning media, entrepreneurship skills, and other programs. This university, in Jumat sermon, helps deaf students by providing sign language translator and the mosque provide special facilities for students with disabilities. Research in disabilities learning gets more attention and chances in getting research fund. To summarize, Indonesia is still trying in developing inclusive school and provide education for all.

All in all, Education is a fundamental right for people in this world and education institutions should provide education for all, no matter the students’ condition. Government also guarantees this runs well. Education is the only way in making the world better and it is a differentiator among human with other creatures.  

Apa itu belajar?

Edisi IV/kamis, 16 Desember 2010

اللسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pendidikan bukan sekedar persoalan teknik dan pengolahan informasi, bahkan bukan penerapan “teori belajar” di kelas atau menggunakan hasil “ujian prestasi” yang berpusat pada mata pelajaran. Pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.

(Jerome S Bruner)

Bagaimana kabar Anda hari ini? Mudah-mudahan kabar Anda baik. Rasanya sudah lama tulisan edu-corner tidak muncul. Saya memohon maaf atas hibernasi selama beberapa pekan dikarenakan ada banyak hal yang tidak dapat ditinggalkan.

Tulisan pekan ini akan sedikit menggelitik pengetahuan kita tentang belajar. Apa arti belajar menurut Anda?

Belajar adalah salah satu hal yang membedakan manusia dengan yang lainnya. Belajar adalah sifat alamiah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Lalu bagaimana jika ada manusia yang tidak belajar? Hemm..sederhana saja, perlu ditanyakan tentang sifat kemanusiaannya. Apakah dia manusia atau bukan?

“Hidup untuk belajar, dengan belajar kita akan berubah, perubahan itulah yang menandakan bahwa seseorang itu hidup” (Dik Doank)

Ahli pendidikan dan ahli psikologi mempunyai pandangan yang tidak berbeda mengenai pendidikan. Secara garis besar, keduanya menganggap perubahan adalah indikator dalam proses belajar. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya.  Tapi perubahan yang seperti apakah? Perubahan menuju arah yang lebih baik ataukah perubahan yang lainnya. Nah! Pada hal inilah yang membedakan antara ahli pendidikan dan ahli psikologi.

Ahli pendidikan mengatakan bahwa perubahan setelah proses belajar adalah perubahan menuju arah yang lebih baik. Jadi, jika ada seseorang yang tidak dapat membaca, kemudian setelah melewati sebuah proses dan bisa membaca. Maka dikatakan bahwa orang tersebut telah belajar. Lalu bagaimana dengan ahli psikologi?

Ahli psikologi lebih netral dalam memandang apa itu belajar? Menurut ahli psikologi, indikasi seseorang telah belajar adalah berubah. Jadi, perubahan itu tidak harus selalu ke arah yang lebih baik. Misalnya, jika ada copet yang gagal dalam mencopet dan kemudian hari berikutnya dia berhasil. Maka dikatakan bahwa copet tersebut telah belajar.

Tapi terlepas dari itu semua, pada dasarnya kita sebagaimana manusia harus belajar. Dan tentunya sebagai orang yang beriman, belajar yang kita lakukan membawa ke arah yang lebih baik. Dalam agama Islam telah diajarkan siapa orang yang beruntung, orang yang merugi, dan orang yang celaka.

Dikatakan beruntung jika hari ini lebih baik dibandingkan dengan hari kemarin,

Dikatakan merugi jika hari ini sama dengan hari kemarin, dan

Dikatakan celaka jika hari ini lebih buruk dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Lalu bagaimana dengan Anda? Masuk pada kategori manakah Anda?

Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk belajar. Lima ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad mengindikasikan bahwa ajaran Islam mewajibkan umatnya untuk belajar. Kata pertama yang diwahyukan adalah iqra` yang berarti “bacalah” tidak dapat dipungkiri akan perhatian Islam dalam kegiatan belajar.

Iqra` yang tercantum dalam surat Al ‘Alaq ayat pertama tidak terbatas pada membaca salah satu kitab ataupun buku. Tidak ada batasan membaca dari kata tersebut. Umat Islam dapat membaca dari segala sumber. Baik sumber yang disengaja dibuat (Learning Resources by Design) ataupun sumber yang tidak dirancang untuk pembelajaran (Learning Resources by Utilization).

Jika tidak ada yang membatasi kita untuk belajar, mengapa kita harus membatasi diri kita untuk belajar? Kapan Anda akan mulai belajar?

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Oleh: Muhammad Zamhari, Selasa 14 Desember 2010.

Dapat juga dilihat di http://edu-corner.co.cc/

 

Baharudin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Baiquni, Ahmad. 1990. Filsafat, Fisika, dan Alqur`an. Jurnal Ulumul Qur`an nomer 4 vol. II.

Ghulsyani, Mahdi.  2005. Filsafat-Sains menurut Al Qur`an. Bandung: Mizan Media Utama.

Yasid, Abu. Einstein Saintis Religius?, dalam Republika 31 Desember 2005.

 

teori pembelajaran

Dalam pasal 1 UU Sisdiknas, No 20 tahun 2003, pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana beajar dan proses pembeljaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Teori belajar

  • Lyle E Bourne, JR, Bruce R. Ekstrand → learning is a relatively permanent change in behaviour traceble to experience and practice.
  • Clifford T Morgan → learning is a relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience.
  • Guiltford → learning is any change in behaviour resulting from stimulation.
  • Intinya → belajar adalah aktivitas yang muaranya pada perubahan tingkah laku melalui proses dan respon terhadap rangsangan yang ditimbulkan. Belajar merupakan aktivitas pengembangan diri dengan atau tanpa pembimbing.

Revolusi yang mempengaruhi pemikiran psikologi modern

  • Psikoanalis → manusia sebagai bentukan dari naluri dan konflik-konflik. Freud menekankan bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh kekuatan-kekutan tak sadar dan irasional.
  • Behaviorisme manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan. Skinner, behaviorisme menekankan kesamaan esensial manusia dengan hewan, dan menitikberatkan belajar sebagai ikhtiar utama untuk menerangkan tingkah laku manusia.
  • Humanisme manusia sebagai makhluk yang berbas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya apabila lingkungan memungkinkan.

Psikologi pendidikan

1. Psikologi Behaviorisme

Tokoh J.B. Watson, E.L.Torndike dan B.F. Skinner.

Melakukan penelitian terhadap hewan dan menggenaralisasikannya bahwa perilaku dan tingkah laku menjadi indikator utama bagi seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Ia tidak memperhatikan keadaan dalam seseorang ketikan melakukan tindakan tersebut.

Behaviorist memandang bahwa manusia adalah makhluk yang reaktif dan memberikan responnya terhadap lingkungan. Pengalaman lampau akan membentuk perilaku mereka.

2. Psikologi Cognitfvisme

Tokoh J. Bruner, D. Ausubel, dan Jean Piaget.

Ranah kognitif merupakan ranah penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Orang dikatakan cerdas jika rasionalitasnya bagus.

3. Psikologi Humanisme

Tokoh Abraham Maslow, JJ Rosseau, dan Carl Rogers.

Menolak paham bahwa manusia semata-mata adalah hasil bawaan atapun lingkungan. Setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan nasib sendiri atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.

by: Muhammad Zamhari